Get Gifs at CodemySpace.com

CARI

0 Etika Dalam Pendidikan Islam

Rabu, 19 Desember 2012

     Etika Dalam Pendidikan Islam
Al-Ghozali sangat menyetujui tentang pentingnya aspek keagamaan dalam pendidikan, tapi tidak mengabaikan aspek amaliah meskipun beliau tidak terlalu memusatkan perhatiannya pada aspek ini. Beliau menganjurkan agar pendidikan dilandasi dengan agama dan akhlaq. Itulah sebabnya beliau berpandangan bahwa teknik mengajar merupakan pekerjaan yang paling utama yang harus diikuti setiap orang. Pandangan demikian didasarkan atas dalil ‘aqli dan naqli.
Dasar dalil naqli al-Ghozali ialah hadits yang menceritakan bahwa Rosulullah SAW pada suatu hari melihat dua majelis yang salah satunya terdiri dari kelompok orang yang berdoa kepada Allah SWT dan mencintai-Nya; dan sekelompok lainnya sedang mengajar orang banyak. Rosulullah bersabda, “Mereka yang berdoa kepada Allah SWT, bila Allah menghendaki, maka Dia akan mengabulkannya, atau jika menghendaki, Allah akan menolaknya. Orang-orang yang mengajar orang banyak, maka akupun diutus menjadi guru, lalu beliau menggabungkan diri dan duduk bersama mereka.” Hadits lainnya mengatakan bahwa Rosulullah SAW bersabda: Orang-orang yang menjadi penggantiku akan mendapat rahmat Allah. Lalu ditanyakan; Wahai Rosulullah, siapakah pengganti-pengganti engkau. Maka beliau menjawab: Orang-orang yang mencintai sunnahku dan mengajarkannya semata-mata  untuk beribadah kepada Allah.
Dalil ‘aqli dari pandangan beliau ialah pernyataan beliau bahwa Sesungguhnya sebaik-baiknya pekerjaan ialah yang sesuai dengan tempatnya, seperti halnya pertukangan kemasan lebih tinggi daripada penyamak kulit; karena yang pertama adalah emas dan tempat kedua adalah kulit bangkai (binatang), maka itu pekerjaan mengajar itu adalah kegiatan yang paling dibutuhkan dan paling sempurna peranannya. Karena itu seorang guru adalah orang yang paling banyak mengurusi hati dan jiwa manusia, paling mulia dalam hatinya. Sedangkan pekerjaan guru adalah menyempurnakan dan menyucikan hati itu dan serta membimbingnya ke arah mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Maka dari itulah pekerjaan mengajar ilmu itu merupakan ibadah kepada Allah dan tugas kekholifahan Allah. Guru yang mengajar adalah menjalankan tugas kekhalifahan Allah. Sesungguhnya Allah membuka hati orang yang berilmu yang menjadikan dirinya memiliki sifat istimewa bagaikan harta kekayaan yang terdapat di dalam hasanah jiwanya.
Dengan demikian sudah jelas sebenarnya beliau menempatkan pekerjaan mengajar itu pada  tempat yang paling tinggi, karena pekerjaan ini merupakan paling mulia dan pekerjaan yang paling mendekati pekerjaan Rosulullah serta pekerjan bagi orang yang sholeh-sholeh. Oleh karena itu al-Ghozali menyebut guru sebagai penunjuk jalan yang terpercaya (Rasyid al-Amin).
Sebagai konsekwensi logis atas posisi strategis pendidik di tengah komunitas masyarakat, maka al-Ghozali memberikan batasan-batasan ketat bagi profesi pendidik sebagai prasyarat yang harus dipenuhi, karena bagaimanapun semua orang yakin bahwa pendidik memiliki andil yang cukup besar terhadap keberhasilan pembelajaran. Tentunya keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluq yang lemah, dan dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir bahkan hingga saat meninggal. Di samping itu manusia adalah makhluq Allah yang paling sempurna yang dijadikan kholifah di muka bumi ini.
Pertama; Pendidik harus mempunyai sifat kasih sayang terhadap anak didik serta mampu memperlakukan mereka sebagai mana anak mereka sendiri. Sifat kasih sayang pendidik pada akhirnya akan melahirkan keakraban, percaya diri dan ketentraman belajar. Suasana yang kondusif inilah yang masih mempermudah proses transformasi dan transfer imu pengetahuan.
Kedua; Pendidik melakukan atifitas karena Allah SWT. Artinya, pendidik tidak melakukan komersialisasi dunia pendidikan. Dunia pendidikan adalah sarana transfer ilmu pengetahuan yang merupakan kewajiban setiap orang yang berilmu.
Ketiga; Pendidik harus memberi nasehat yang baik kepada anak didik.nasehat ini tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Seperti, pendidik harus mengarahkan murid dalam tahapan-tahapan belajar. Nasehat itu biasa berupa warning orientasi belajar, yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Kempat; Pendidik harus mampu mengarahkan anak didik kepada hal-hal yang positif dan mencegah mereka melakukan aktifitas yang destruktif. Segala bentuk nasehat ini dilakukan dengan cara yang halus dan tidak melukai perasaan.hal untuk menjaga kestabilan emosi mereka dalm kerangka proses belajar. Hal ini menjadi penting karena berkaitan dengan pengalaman anak.
Kelima; Mengenali tingkat nalar dan intelektualitas anak didik. Hal ini diperlukan sebagai acuan untuk menentukan kadar ilmu pengetahuan yang akan diperlukan.pendidik harus memahami perbedaan individu anak didi, sehingga dapat di identifikasi kemampuan khususnya.dalam konteks ini pendidik dituntut untuk berkomukasi dengan “bahasa” mereka agar proses belajar dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran.
Keenam; Pendidik harus mempu menumbuhkan kegairahan murid terhadap ilmu yang dipelajarinya tanpa menimbulkan sikap apriori terhadapa disiplin ilmu yang lain. Hal ini diperlukan untuk menghindarkan anak didik terjebak pada sikap fanatik terhadapap suatu disiplin ilmu dan melalaikan yang lain.
Ketujuh; Pendidik harus mempu mengidentifikasi kelompok anak didik usia dini dan secara khusus memberi materi ilmu pengetahuan sesuai dengan perkembangan kejiwaan. Kelompok usia dini ini lebih tepat diberi ilmu praktis, tanpa argumentasi yang “berat” dan melelahkan.
Kedelapan; Pendidik harus mempu memberikan teladan kepada anak didiknya. Perilaku harus sesuai dengan kapasiatas keilmuan. Di samping pendidik, al-Ghozali juga berpandangan bahwa unsur terpenting dalam pendidikan adalah anak didik. Secanggih apapun metode yang digunkan, jika tidak didukung oleh kondisi terbaik anak didik maka proses pendidikan itu tidak berhasil anak didik dalam proses pendidikan ditempatkan sebagai obyek sekaligus subyek. Kondisi anak didik sangat menentukan suksesnya proses pendidikan. Untuk mendukung anak didik agar mencapai kondisi ideal, al-Ghozali memiki sepuluh kriteria yang harus di upayakan oleh anak didik.
Pertama; Sebelum memulai proses belajar, anak didik harus terlebih dahulu menyucikan jiwa dari perangai buruk dan sifat tercela. Belajar bermakna ibadah yang berorientasi mendekatkan diri kepada Allah SWT. Belajar tidak ubahnya sholat yang menuntut kesucian lahir batin.
Kedua; Semampu mungkin anak didik harus menjauhkan diri dari ketergantungan terhadap dunia. Fokus terhadap persoalan dunia akan menggangu konsentrasi anak didik terhadap ilmu yang dipelajarinya.
Ketiga; Anak didik harus bersikap rendah hati, memperhatikan intruksi dan arahan pendidik, dan mampu mengontrol emosinya.
Keempat; Anak didik harus menghindarkan diri dari suasana perdebatan yang membingungkan. Anak didik juga perlu memfokuskan dri pada bidang yang telah diarahkan oleh pendidknya sebelum mepelajari pendapat lain.
Kelima; Anak didik harus mempunyai semangat mempelajari semua ilmu pengetahuan yang layak dipelajari (al-‘Ulum al-Mahmudah) sebagai konsekwensi adanya keterkaitan antardisiplin ilmu pengetahuan.
Keenam; Anak didik harus belajar gradual. Ia perlu menentukan skala prioritas ilmu pengetahuan dengan acuan kepada manfaatnya, dalam hal ini adalah ilmu agama.
Ketujuh; Anak didik harus memahami hinarki ilmu pengetahuan. Sebab ada tahapan alami dalam ilmu pengetahuan, yang karenanya mempelajari suatu cabang ilmu akan mengantarkan pada cabang ilmu yang lain. Untuk itu, anak didik harus memahami hakikat-hakikat ilmu dengan menutup mata akan danya perselisihan atau keselahan orng yang menekuninya.
Kedelapan; anak didik harus memahami nilai ilmu pengetahuan yang dipelajari dan menentukan mana yang lebih utama dari yang lain.
Kesembilan; Anak didik memmpunyai orientasi atas pendidikannya;tujuan jangka pendek, yaitu meperbaiki dan membersihkan jiwanya;sedangkan orientasi jangka panjang adalah mendekatkan diri pada Allah SWT dan berusaha menaikan derajatnya setara dengan malaikat.
Kesepuluh; Anak didik harus hati-hati dalam memilih sosok pendidik demi kelangsungan proses belajar yang positif.
Memahami uraian al-Ghozali dapat dipahami bahwa dalam dunia pendidikan aspek-aspek positif dan psikomotorik perlu mendapatkan perhatian.sebaliknya al-ghozali menempatkan aspek kognitif. Dalam prioritas kedua.pertimbangannya; jika anak kecil sudah terbiasa melakukan hal ynag positif maka dimas berikutnya akan lebih mudah berkepribadian saleh.kemudia secara otomatis pengetahuan yang bersifat kognitf akan mudah diperoleh.


Read more

4 MAKALAH PKN TENTANG IDENTITAS NASIONAL

Senin, 19 November 2012


KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan karunianya kami dapat menyelesaikan makalah “Pendidikan Kewarganegaraan berkaitan dengan Identitas Nasional dalam Mewujudkan Kepribadian bangsa dan Negara” ini tepat pada waktu yang telah ditentukan.yang akan digunakan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Kewarganegaraan.




BAB I
PENDAHULUAN

Latar  Belakang Masalah
Selama ini masyarakat Indonesia masih bingung dengan identitas bangsanya. Agar dapat memahaminya, pertama-tama harus dipahami terlebih dulu arti Identitas Nasional Indonesia. Identitas berarti ciri-ciri, sifat-sifat khas yang melekat pada suatu hal sehingga menunjukkan suatu keunikkannya serta membedakannya dengan hal-hal lain. Nasional berasal dari kata nasion yang memiliki arti bangsa, menunjukkan kesatuan komunitas sosio-kultural tertentu yang memiliki semangat, cita-cita, tujuan serta ideologi bersama. Jadi, yang dimaksud dengan Identitas Nasional Indonesia adalah ciri-ciri atau sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia.Uraiannya mencakup :1.identitas manusia Manusia merupakan makhluk yang multidimensional, paradoksal dan monopluralistik.  Keadaan manusia yang multidimensional, paradoksal dan sekaligus monopluralistik tersebut akan mempengaruhi eksistensinya.





BAB II
PEMBAHASAN
A.    Hakikat dan Dimensi Identitas.
Nasional Identitas adalah ungkapan nilai-nilai budaya suatu bangsa yang bersifat khas dan membedakan dengan bangsa yang lain. Kekhasan yang melekat pada sebuah bangsa yang dikaitkan dengan sebutan “identitas nasional”. Namun demikian, proses pembentukan identitas nasional bukan sesuatu yang sudah selesai , tetapi suatu yang terus tumbuh dan kontekstual mengikuti seiring berkembangnya zaman. Sifat identitas nasional yang relatif dan kontekstual mengharuskan setiap bangsa untuk selalu menyegarkan pemahaman dan pemaknaan terhadap jati dirinya. Banyak Pertanyaan reflektif yang di tujukan kepada identitas- identitas khas yang salama ini melekat kepada
bangsa Indonesia. Pertanyaan kritis terhadap identitas nasional, seperti betulkah kita bangsa yang ramah atau benarkah kita bangsa yang santun dan agamis, perlu terus di tindak lanjuti dalam rangka menggali, menemukan identitas nasional Indonesia, dan bahkan menciptakan identitas baru Indonesia yang demokratis, toleran, dan anti kekerasan.
B.     Unsur - Unsur Pempentuk Identitas Nasional

Unsur-Unsur Pembentuk Identitas yaitu:
1.      Suku bangsa Suku bangsa adalah golongan sosial yang khusus yang bersifat askriptif (ada sejak lahir), yang sama coraknya dengan golongan umur dan jenis kelamin. Kekhususan dari suku bangsa dari sebuah golongan sosial ditandai oleh ciri-cirinya, yaitu: diperoleh secara askriptif atau didapat begitu saja bersama dengan kelahirannya,muncul dalam interaksi berdasarkan atas adanya pengakuan oleh warga suku bangsa yang bersangkutan dan diakui oleh suku bangsa lainnya.
Merupakan ciri-ciri yang umum dan mendasar berkenaan dengan asal mula manusia, yang digunakan sebagai acuan bagi identitas pribadi atau kelompoknya dan tidak dapat dengan seenaknya dibuang atau ditiadakan, walaupun dapat di simpan atau tidak digunakan dalam interaksi berlaku. Karena ciri-ciri tersebut melekat seumur hidup bersaman dengan keberadaannya sejak lahir (Barth, 1969: 9-38 dan Suparlan,1999). Di Indonesia terdapat banyak sekali suku bangsa atau kelompok etnis dengan tidak kurang 300 dialeg bangsa.
2.      Agama Selain isu suku yang disebutkan diatas, ada isu lain dalam politik Indonesia:yaitu dimensi agama yang dihubungkan dengan kekuasaan. Agama-agama yang tumbuh dan berkembang di nusantara adalah agama Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha dan Kong Hu Cu. Agama Kong H Cu pada masa orde baru tidak diakui sebagai agama resmi negara. Namun sejak pemerintahan presiden Abdurrahman Wahid, istilah agama resmi negara dihapuskan.
3.      Kebudayaan Kebudayaan adalah pengetahuan manusia sebagai makhluk social yang isinya adalah perangkat-perangkat atau model-model pengetahuan yang secara kolektif digunakan oleh pendukung-pendukungnya untuk menafsirkan dan memahami lingkungan yang dihadapi dan digunakan sebagi rujukan dan pedoman untuk bertindak (dalam bentuk kelakuan dan benda-benda kebudayaan) sesuai dengan lingkungan yang dihadapi.
4.      Bahasa Bahasa merupakan unsur pendukung Identitas Nasonal yang lain.Bahasa dipahami sebagai system perlambang yang secara arbiter dientuk atas unsur-unsur ucapan manusia dan yang digunakan sebgai sarana berinteraksi antar manusia.

C.     Globalisasi Dan Ketahanan Identitas Nasional
Secara umum globalisasi adalah sebuah gambaran tentan semakin keterganatungannya sesame masyarakat dunia baik budaya maupun ekonomi. Globalisasi juga sering dihubungkan dengan pertukaran atau transfer budaya, bahasa dan gagasan melintasi batas negara. Hal ini juga sering kali disederhanakan oleh para ahli sebagai gejala kecenderungandunia menuju perkampungan global dimana interaksi manusia tidak di batasi oleh batas geografis suatu negara. (A.Ubaedillah.2012.Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani.cet.ke-8. h.55). Hal ini juga di sebabkan karena kemajuan teknologi yang pesat sehingga komunikasi lintas negara akan sangat mudah d lakukan. Pada saat yang sama isu – isu dunia di bidang politik, demokrasi dan HAM dapat begitu cepat memengaruhi masyarakat di suatu negara.
            Beberapa pengertian globalisasi :
1.      Globalisasi sebagai transformasi kondisi spasial-temporal kehidupan. Dengan kemajuan teknologi tempat dan waktu tidak lagi menjadi masalah seseorang untuk melaksanakan aktivitas kehidupannya dan mendapatkan informasi dri belahan dunia lain dalam sekejap. Karena ruang dan waktu tidak lagi memengaruhi manusia seperti zaman dahulu dimana teknologi belum secanggih hari ini.
2.      Globalisasi sebagai transformasi lingkup cara pandang. Hal ini berarti globalisasi ikut andil dalam transformasi cara pandang, cara merasa seseorang terhadap peristiwa yang terjadi di belahan dunia lain. Dalam hal ini masyarakat tidak lagi hanya memikirkan apa yang terjadi di daerah sekitar lingkungannya tetapi juga memikirkan dan memberi pandangan akan masalah dan peristiwa yan terjadi di dunia global.
3.      Globalisasi sebagai transformasi modus tindakan dan praktik. Pada bagian ini globalisasi meunjuk pada proses kaitan yang makin erat semua aspek kehidupan pada skala yang luas. Gejala yang muncul dari interaksi yang semakin intensif dapat dilihat dalam dunia perdagangan, media, budaya, transportasi, teknologi, informasi dan sebagainya. (A.Ubaedillah.2012.Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani.cet.ke-8. h.55-56).
Dengan demikian sangat jelaslah bahwa globalisasi sangat meningkatkan kebutuhan masyarakat akan masyarakat global. Dan globalisasi membuat masyarakat di suatu negara ikut merasakan dampak di sebuah negara yang sedang krisis dansebagainya.
Dengan maraknya arus globalisasi, besar kemungkinan banyak hal yang tidak di iginkan dapat terjadi. Seperti akan hilangnya kecintaan seseorang terhadap bangsanya sendiri, berubahnya pandangan dan tujuan hidup bernegara yang berlawanan dengan dasar negara yang telah di rumuskan dan sebagainya.  Untuk menghindari hal – hal yang tidak di inginkan tersebut di perlukan sebuah kekuatan dan senjata yang bernama “ketahanan nasional”.
Ketahanan nasional adalah kondisi dinamis suatu bangsa yan berisi keuletan dan ketangguhan, yang mengandung kemampuan mengembangkan kekuatan nasional dalam menghadapi dan mengatasi segala tantangan, ancaman, hambatan, serta gangguan, baik yang berasal dari luar maupun dalam negeri, yang langsung maupun tidak langsung membahayakan integritas, identitas, kelangsungan hidup bangsa dan negara serta tujuan nasional. (A.Ubaedillah.2012.Pancasila, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani.cet.ke-8. h.56-57).
Dalam menghadapi era globalisasi ketahanan nasional menjadi sangat penting untuk di tumbuhkan di masyarakat Indonesia, karena kesadaran akan ketahanan nasional ini dapat menjadi senjata untuk melawan hal – hal yang bertentanga dan dapat merusak integritas dan tujuan negara Indonesia. Ketahanan nasional juga sekaligus menjadi filter untuk menyaring budaya – budaya yang dengan sangat mudahnya memasuki Indonesia khususnya menjadi filter untuk gaya hidup barat yang dapat merusak moral bangsa dalm pandangan  social maupun agama.
Ketahanan nasional juga dapat menjadi sebuah alat untuk menunjukkan kepada dunia bahwa Indonesia dapat bertahan di arus globalisasi tanpa mengubah jati diri, identitas dan tujuan bangsa Indonesia yang telah tertanam dalam masyarakat Indonesia. Oleh karena itu sangatlah di perlukan pemupukan kesadaran dalam diri setiap warga Indonesia untuk ikut mengambil bagian dalam ketahanan nasional khususnya dalam diri generasi muda Indonesia agar Indonesia kokoh menggenggam tujuannya dan tidak terseret apalagi tenggelam dalam arus globalisasi.



BAB III
PENUTUP

Kesimpulan
Kesimpulan Identitas Nasional Indonesia adalah sifat-sifat khas bangsa Indonesia yang membedakannya dengan bangsa-bangsa lain di dunia. Indonesia terdiri dari berbagai macam suku bangsa, agama dan pulau-pulau yang dipisahkan oleh lautan. Oleh karena itu, nilai-nilai yang dianut masyarakatnya pun berbeda-beda. Nilai-nilai tersebut kemudian disatupadukan dan diselaraskan dalam Pancasila. Nilai-nilai ini penting karena merekalah yang mempengaruhi identitas bangsa. Oleh sebab itu, nasionalisme dan integrasi nasional sangat penting untuk ditekankan pada diri setiap warga Indonesia agar bangsa Indonesia tidak kehilangan identitas.



DAFTAR PUSTAKA

·         Kaelan dan Zubaidi.2007. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta: Paradigma, Edisi Pertama.
·         Ms Bakry, Noor.2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Yogyakarta; Pustaka Pelajar, Cetakan Pertama.
·         Zubaidi,M.Si,Achmad.2007.Pendidikan Kewarganegaraan untuk Perguruan Tinggi.Yogjakarta:Paradigma.




Read more

0 MAKALAH IAD, ISD, IBD TENTANG INDIVIDU DAN KELUARGA

Minggu, 18 November 2012


KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas segalalimpahan rahmat dan karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan makalah inidengan topik “Individu Dan Keluarga”.
Shalawat serta salam kita senantiasa panjatkan kepada Nabi Muhammad SAW besertakeluarga dan sahabat.Dalam makalah ini, penyusun mencoba memaparkan tentang Individu Dan Keluarga.
Makalah ini mungkin masih banyak kekurangan baik dari segi tulisan maupun materi.Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun senantiasa penyusun terima dengan senang hati. Semoga tulisan dari makalah ini dapat memberikan manfaat kepada Pembaca. Dan Pendengar.
Akhir kata penulis mengucapkan terima kasih kepada segenap rekan dan pembaca. Semoga Allah SWT senantiasa memberkahi kita semua. Amien...



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa bantuan orang lain. Manusia juga bagian dari individu, keluarga dan masyarakat. Sehingga keberadaannya berpengaruh bagi lingkungannya. Manusia dalam pribadinya sebagai makhluk individu mempunyai jiwa dan integritas moral yang tinggi, ia juga bagian dari keluarga yang dengannya akan membangun masyarakat yang bermartabat.
Individu yang tertata dengan baik akan menghasilkan sebuah keluarga yang baik, yang nantinya akan menjadi masyarakat yang baik. Semua itu adalah suatu proses yang harus dilalui oleh setiap manusia. Manusia juga dituntut untuk berinteraksi sosial dengan lingkungannya. Manusia tidak akan bisa hidup menyendiri tanpa adanya interaksi sosial.
Pada kesempatan ini kami akan mengkaji tentang individu, keluarga, masyarakat yang ketiga-tiganya berkaitan erat, serta interaksi sosial yang manusia dalam posisinya sebagai individu, keluarga dan masyarakat.

B.     Rumusan Masalah
1.      Apa yang di maksud dengan individu, keluarga dan masyarakat?
2.      Apa saja yang mempengaruhi dari ketiganya?
3.      Bagaimana interaksi dari ketiganya?



BAB II
PEMBAHASAN
1.      Pengertian Individu

a.      Indivdu
Individu berasal dari bahasa Latin, “indivuduum” yang artinya tak terbagi, dan merupakan kesatuan yang terbatas, yaitu sebagai manusia perorangan.
Individu terdiri atas dua dimensi, yaitu fisik dan psikis. Sikap perbuutan, emosi dan sebagainya merupakan refleksi gabungan dari kedua dimensi ini. Tiap dimensi pada dasarnya mempunyai potensi lahiriah dan potensi batiniah. Potensi lahiriah yang mengacu pada potensi fisik dapat berupa gerakan anggota tubuh/badan, panca indera, dan lain-lain. Sedangkan potensi batiniah mengacu potensi psikis dapat berupa inteligensi, emosi, dan lain-lain.
Untuk mengenal individu lebih jelas,jangan hanya melalui pendekatan terhadap naluri, tetapi juga harus melalui jalan yang lain, penerusan atau pelacakan individu dari pendekatan segi naluriah saja, boleh jadi menyebabkan seseorang terperangkap dalam kesalahan yang tidak kecil. Untuk itu, perlu diadakan pendekatan, paling tidak, dari segi fisik dan psikis.
Pengaruh Lingkungan Terhadap Individu
Faktor lingkungan yang sangat mendukung dan menolong kehidupan jasmani dan rohani, menyebabkan individu dapat berkembang. Banyak ahli yang mengatakan bahwa individu tidak mempunyai arti apa-apa tanpa adanya lingkungan yang mempengaruhinya.
Keluarga, sebagai lingkungan sosial pertama yang secara aktif mempengaruhi individu, mempunyai peranan yang sangat penting dalam pembentukan individu. Bagi individu yang belum dapat berdiri sendiri. Ketergantungannya banyak bertumpu pada kelompok ini.
Pengertian Keluarga.



b.      Keluarga
Kelompok individu yang utama bahkan yang pertama adalah keluarga. Keluarga dapat dibentuk melalui persekutuan-persekutuan individu karena adanya hubungan darah perkawinan ataupun adopsi. Kekerabatan seseorang dengan orang lain karena adanya keterkaitan dengan garis keturunan dari pihak ayah disebut dengan patrinial. Sedangkan apabila kekerabatan itu mempunyai keterkaitan dengan garis keturunan dari pihak ibu disebut dengan matrinial.
Kekerabatan yang dibentuk secara patrinial maupun Matrinial disebut klen kecil. Sedangkan keluarga besar adalah kelompok kekerabatan yang merupakan keturunan dari suatu nenek moyang. Klen ini sifatnya lebih besar dan lebih luas dari pada keluarga. dilihat dari segi tanggung jawab dan kewajiban. Kekerabatan keluarga disini termasuk dalam persekutuan gemein schaff, yaitu perikatan manusia dengan perasaan kesetiakawanan dan kesadaran kolektif yang besar. Lawannya adalah persekutuan gessel schaff, yaitu perikatan yang jauh pertaliannya.

c.       Pengaruh Keluarga Terhadap Anggota-Anggotanya
Keluarga sebagai persekutuan dan tempat individu bernaung dalam menjunjung tinggi prinsip kesatuan dan keutuhan untuk mencapai cita-cita dan tujuan bersama.
Menurut abu ahmadi 1982 ada beberapa faktor yang sangat berpengaruh terhadap keluarga, yaitu:
a)      Status sosial ekonomi keluarga
b)      Faktor keutuhan keluarga
c)      Sikap dan kebiasaan orang tua

d.      Fungsi Keluarga
Fungsi keluarga secara umum menurut M. unandar soelaeman adalah: Pengatur seksual, Reproduksi, Sosialisasi, Pemeliharaan, Penempatan anak didalam masyarakat, Pemuas kebutuhan perorangan, Kontrol sosial.



BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Individu adalah satu kesatuan tidak terbatas yaitu sebagai manusia perorangan. Faktor yang berpengaruh terhadap keluarga :
·         Status sosial ekonomi keluarga
·         Faktor keutuhan keluarga
·         Sikap dan kebiasaan orang tua.



DAFTAR PUSTAKA

Ø  Mawardi, nur hidayat. 2000. “IAD- ISD-IBD”. Bandung: CV Pustaka Setia
Ø  Widjaja A.W . 1997. Manusia Indonesia : Individu keluarga dan Masyarakat. Jakarta .Erlangga
Ø  Prof Dr P J Bouman . Sosiologi Suatu Pengantar , Pustaka Sardjana, Jakarta.
Read more