Get Gifs at CodemySpace.com

CARI

0 Etika Dalam Pendidikan Islam

Rabu, 19 Desember 2012

     Etika Dalam Pendidikan Islam
Al-Ghozali sangat menyetujui tentang pentingnya aspek keagamaan dalam pendidikan, tapi tidak mengabaikan aspek amaliah meskipun beliau tidak terlalu memusatkan perhatiannya pada aspek ini. Beliau menganjurkan agar pendidikan dilandasi dengan agama dan akhlaq. Itulah sebabnya beliau berpandangan bahwa teknik mengajar merupakan pekerjaan yang paling utama yang harus diikuti setiap orang. Pandangan demikian didasarkan atas dalil ‘aqli dan naqli.
Dasar dalil naqli al-Ghozali ialah hadits yang menceritakan bahwa Rosulullah SAW pada suatu hari melihat dua majelis yang salah satunya terdiri dari kelompok orang yang berdoa kepada Allah SWT dan mencintai-Nya; dan sekelompok lainnya sedang mengajar orang banyak. Rosulullah bersabda, “Mereka yang berdoa kepada Allah SWT, bila Allah menghendaki, maka Dia akan mengabulkannya, atau jika menghendaki, Allah akan menolaknya. Orang-orang yang mengajar orang banyak, maka akupun diutus menjadi guru, lalu beliau menggabungkan diri dan duduk bersama mereka.” Hadits lainnya mengatakan bahwa Rosulullah SAW bersabda: Orang-orang yang menjadi penggantiku akan mendapat rahmat Allah. Lalu ditanyakan; Wahai Rosulullah, siapakah pengganti-pengganti engkau. Maka beliau menjawab: Orang-orang yang mencintai sunnahku dan mengajarkannya semata-mata  untuk beribadah kepada Allah.
Dalil ‘aqli dari pandangan beliau ialah pernyataan beliau bahwa Sesungguhnya sebaik-baiknya pekerjaan ialah yang sesuai dengan tempatnya, seperti halnya pertukangan kemasan lebih tinggi daripada penyamak kulit; karena yang pertama adalah emas dan tempat kedua adalah kulit bangkai (binatang), maka itu pekerjaan mengajar itu adalah kegiatan yang paling dibutuhkan dan paling sempurna peranannya. Karena itu seorang guru adalah orang yang paling banyak mengurusi hati dan jiwa manusia, paling mulia dalam hatinya. Sedangkan pekerjaan guru adalah menyempurnakan dan menyucikan hati itu dan serta membimbingnya ke arah mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Maka dari itulah pekerjaan mengajar ilmu itu merupakan ibadah kepada Allah dan tugas kekholifahan Allah. Guru yang mengajar adalah menjalankan tugas kekhalifahan Allah. Sesungguhnya Allah membuka hati orang yang berilmu yang menjadikan dirinya memiliki sifat istimewa bagaikan harta kekayaan yang terdapat di dalam hasanah jiwanya.
Dengan demikian sudah jelas sebenarnya beliau menempatkan pekerjaan mengajar itu pada  tempat yang paling tinggi, karena pekerjaan ini merupakan paling mulia dan pekerjaan yang paling mendekati pekerjaan Rosulullah serta pekerjan bagi orang yang sholeh-sholeh. Oleh karena itu al-Ghozali menyebut guru sebagai penunjuk jalan yang terpercaya (Rasyid al-Amin).
Sebagai konsekwensi logis atas posisi strategis pendidik di tengah komunitas masyarakat, maka al-Ghozali memberikan batasan-batasan ketat bagi profesi pendidik sebagai prasyarat yang harus dipenuhi, karena bagaimanapun semua orang yakin bahwa pendidik memiliki andil yang cukup besar terhadap keberhasilan pembelajaran. Tentunya keyakinan ini muncul karena manusia adalah makhluq yang lemah, dan dalam perkembangannya senantiasa membutuhkan orang lain, sejak lahir bahkan hingga saat meninggal. Di samping itu manusia adalah makhluq Allah yang paling sempurna yang dijadikan kholifah di muka bumi ini.
Pertama; Pendidik harus mempunyai sifat kasih sayang terhadap anak didik serta mampu memperlakukan mereka sebagai mana anak mereka sendiri. Sifat kasih sayang pendidik pada akhirnya akan melahirkan keakraban, percaya diri dan ketentraman belajar. Suasana yang kondusif inilah yang masih mempermudah proses transformasi dan transfer imu pengetahuan.
Kedua; Pendidik melakukan atifitas karena Allah SWT. Artinya, pendidik tidak melakukan komersialisasi dunia pendidikan. Dunia pendidikan adalah sarana transfer ilmu pengetahuan yang merupakan kewajiban setiap orang yang berilmu.
Ketiga; Pendidik harus memberi nasehat yang baik kepada anak didik.nasehat ini tidak dibatasi oleh ruang dan waktu. Seperti, pendidik harus mengarahkan murid dalam tahapan-tahapan belajar. Nasehat itu biasa berupa warning orientasi belajar, yaitu untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT.
Kempat; Pendidik harus mampu mengarahkan anak didik kepada hal-hal yang positif dan mencegah mereka melakukan aktifitas yang destruktif. Segala bentuk nasehat ini dilakukan dengan cara yang halus dan tidak melukai perasaan.hal untuk menjaga kestabilan emosi mereka dalm kerangka proses belajar. Hal ini menjadi penting karena berkaitan dengan pengalaman anak.
Kelima; Mengenali tingkat nalar dan intelektualitas anak didik. Hal ini diperlukan sebagai acuan untuk menentukan kadar ilmu pengetahuan yang akan diperlukan.pendidik harus memahami perbedaan individu anak didi, sehingga dapat di identifikasi kemampuan khususnya.dalam konteks ini pendidik dituntut untuk berkomukasi dengan “bahasa” mereka agar proses belajar dapat berjalan dengan baik dan tepat sasaran.
Keenam; Pendidik harus mempu menumbuhkan kegairahan murid terhadap ilmu yang dipelajarinya tanpa menimbulkan sikap apriori terhadapa disiplin ilmu yang lain. Hal ini diperlukan untuk menghindarkan anak didik terjebak pada sikap fanatik terhadapap suatu disiplin ilmu dan melalaikan yang lain.
Ketujuh; Pendidik harus mempu mengidentifikasi kelompok anak didik usia dini dan secara khusus memberi materi ilmu pengetahuan sesuai dengan perkembangan kejiwaan. Kelompok usia dini ini lebih tepat diberi ilmu praktis, tanpa argumentasi yang “berat” dan melelahkan.
Kedelapan; Pendidik harus mempu memberikan teladan kepada anak didiknya. Perilaku harus sesuai dengan kapasiatas keilmuan. Di samping pendidik, al-Ghozali juga berpandangan bahwa unsur terpenting dalam pendidikan adalah anak didik. Secanggih apapun metode yang digunkan, jika tidak didukung oleh kondisi terbaik anak didik maka proses pendidikan itu tidak berhasil anak didik dalam proses pendidikan ditempatkan sebagai obyek sekaligus subyek. Kondisi anak didik sangat menentukan suksesnya proses pendidikan. Untuk mendukung anak didik agar mencapai kondisi ideal, al-Ghozali memiki sepuluh kriteria yang harus di upayakan oleh anak didik.
Pertama; Sebelum memulai proses belajar, anak didik harus terlebih dahulu menyucikan jiwa dari perangai buruk dan sifat tercela. Belajar bermakna ibadah yang berorientasi mendekatkan diri kepada Allah SWT. Belajar tidak ubahnya sholat yang menuntut kesucian lahir batin.
Kedua; Semampu mungkin anak didik harus menjauhkan diri dari ketergantungan terhadap dunia. Fokus terhadap persoalan dunia akan menggangu konsentrasi anak didik terhadap ilmu yang dipelajarinya.
Ketiga; Anak didik harus bersikap rendah hati, memperhatikan intruksi dan arahan pendidik, dan mampu mengontrol emosinya.
Keempat; Anak didik harus menghindarkan diri dari suasana perdebatan yang membingungkan. Anak didik juga perlu memfokuskan dri pada bidang yang telah diarahkan oleh pendidknya sebelum mepelajari pendapat lain.
Kelima; Anak didik harus mempunyai semangat mempelajari semua ilmu pengetahuan yang layak dipelajari (al-‘Ulum al-Mahmudah) sebagai konsekwensi adanya keterkaitan antardisiplin ilmu pengetahuan.
Keenam; Anak didik harus belajar gradual. Ia perlu menentukan skala prioritas ilmu pengetahuan dengan acuan kepada manfaatnya, dalam hal ini adalah ilmu agama.
Ketujuh; Anak didik harus memahami hinarki ilmu pengetahuan. Sebab ada tahapan alami dalam ilmu pengetahuan, yang karenanya mempelajari suatu cabang ilmu akan mengantarkan pada cabang ilmu yang lain. Untuk itu, anak didik harus memahami hakikat-hakikat ilmu dengan menutup mata akan danya perselisihan atau keselahan orng yang menekuninya.
Kedelapan; anak didik harus memahami nilai ilmu pengetahuan yang dipelajari dan menentukan mana yang lebih utama dari yang lain.
Kesembilan; Anak didik memmpunyai orientasi atas pendidikannya;tujuan jangka pendek, yaitu meperbaiki dan membersihkan jiwanya;sedangkan orientasi jangka panjang adalah mendekatkan diri pada Allah SWT dan berusaha menaikan derajatnya setara dengan malaikat.
Kesepuluh; Anak didik harus hati-hati dalam memilih sosok pendidik demi kelangsungan proses belajar yang positif.
Memahami uraian al-Ghozali dapat dipahami bahwa dalam dunia pendidikan aspek-aspek positif dan psikomotorik perlu mendapatkan perhatian.sebaliknya al-ghozali menempatkan aspek kognitif. Dalam prioritas kedua.pertimbangannya; jika anak kecil sudah terbiasa melakukan hal ynag positif maka dimas berikutnya akan lebih mudah berkepribadian saleh.kemudia secara otomatis pengetahuan yang bersifat kognitf akan mudah diperoleh.


Read more